Pluralisme Dalam Agama Buddha by Michael Lim

Pluralisme dalam Agama Buddha

Indonesia merupakan negara yang sangatlah beragam dalam suku, ras, agama, dan
kebudayaan. Negara Indonesia dikenal memiliki wilayah yang luas dan penduduk dari berbagai
bangsa yang beragam yang disatukan menjadi suatu bangsa, yaitu Bangsa Indonesia. Bangsa
Indonesia memiliki suatu pedoman hidup yang menjadi dasar negara, yaitu Pancasila. Pancasila
yang dianut oleh Bangsa Indonesia memiliki sifat pluralisme, yaitu pandangan terhadap
keberagaman yang ada. Salah satu agama di Indonesia yaitu agama Buddha yang memiliki
kejayaan di nusantara di masa lampau mengajarkan tentang kehidupan yang pluralis bagi
umatnya.

Dalam agama Buddha, kita mengenal sosok Sang Buddha dan Dhamma. Diilustrasikan
ada seseorang yang tua dan berumur lanjut serta berpenyakit datang kepada tabib untuk meminta
resep obat dan saran terbaik agar umurnya panjang dan terbebas dari penyakit. Maka sosok tabib
tersebut adalah Sang Buddha, sedangkan saran dan resep obat yang diberikan tabib tersebut
adalah Dhamma yang dapat dikatakan sebagai ajaran Sang Buddha. Pluralisme yang diajarkan
sang Buddha ditunjukan ketika ia memberikan resep obat dan saran yang berbeda kepada setiap
umat yang datang kepadanya, tetapi tujuannya hanyalah satu. Tujuan ia memberikan saran dan
resep obat tersebut adalah agar mereka sembuh dari penyakit.

Ajaran Buddha tidak menentang adanya pluralisme, tetapi justru sebaliknya yaitu
menerima dan menghormati kondisi pluralis yang ada. Kita dapat melihat bahwa Buddha
mengajarkan kita untuk menolong setiap mahluk hidup dan membantu yang lain dengan apa
yang kita miliki tanpa harus memandang siapa orang tersebut. Oleh karena itu, alangkah baiknya
bila setiap umat tetap menghormati perbedaan yang ada dan menjalankan kewajiban untuk
menolong setiap mahluk hidup yang kesusahan seperti yang telah diajarkan oleh Sang Buddha
dalam riwayat hidupnya.