Kehidupan Setelah Kematian by Claudia Wijaya

 

 

Nama               : Claudia Wijaya

NPM               : 240210180080

Fakultas           : FTIP

 

 

Kehidupan Setelah Kematian

 

 

Adakah kehidupan setelah kematian ini? Apakah yang akan terjadi pada tubuh atau jiwa kita setelah mengalami kematian nantinya? Berbagai sudut pandang menyuarakan pendapat masing-masing. Begitu pula agama Buddha. Agama Buddha juga mempunyai pandangan tentang kehidupan setelah kematian, lebih tepatnya yang sering disebut dengan tumimbal kelahiran atau punabbhava. Teori agama Buddha mengenai kelahiran kembali atau tumimbal lahir bersumber dari Penerangan Sempurna yang dicapai oleh Buddha dan bukan dari kepercayaan tradisional India.

Dalam agama Buddha, dikenal adanya 31 alam kehidupan, yang berarti setelah kita mati nanti, kita memiliki kemungkinan terlahir di antara 31 alam tersebut. Selama kita masih mengalami tumimbal lahir, itu berarti kita akan terus merasakan dukkha, oleh sebab itu Buddha mencari cara untuk melepaskan dukkha, yaitu dengan cara memutuskan rantai kelahiran berulang-Nya. Begitu melelahkan memikirkan kita harus terus berputar di 31 alam tersebut tanpa tahu kapan akhirnya, maka dari itu marilah berbuat kebajikan dan hentikanlah roda kelahiran berulang kita.

Tumimbal kelahiran sering dikaitkan dengan hukum karma, dimana apa yang kita perbuat, karma apa yang kita hasilkan, akan mempengaruhi bagaimana kehidupan kita yang selanjutnya, di alam apa kita akan terlahir kembali, dalam kondisi apa kita akan terlahir kembali, kita akan bertemu dengan siapa lagi, dan hal-hal kecil hingga besar lainnya. Itulah mengapa kita harus menjaga akhlak kita, agar jangan sampai kita jatuh ke 4 alam rendah, yaitu alam neraka, alam binatang, alam peta/setan, dan alam asura/raksasa. Kita harus bersyukur karena kita bisa terlahir sebagai manusia, apalagi yang mendapatkan ajaran Dhamma. Tidak semua orang setuju kalau terlahir di alam dewa lebih indah daripada terlahir di alam manusia, karena terlahir di alam dewa bukan berarti bisa mendapatkan pembabaran Dhamma.

Tumimbal kelahiran juga berkaitan erat dengan kemelekatan. Mengapa bisa ada arwah gentayangan? Arwah gentayangan ini bisa karena kemelekatan mereka terhadap sesuatu, misalnya terlalu melekat pada tempat tinggal mereka semasa mereke masih hidup. Jadi, saat sudah meninggal pun jiwa mereka masih melekat pada tempat tinggal mereka, sehingga mereka tetap berada disana dan jadilah arwah gentayangan. Atau bisa karena mereka terlalu melekat pada seseorang, sehingga mereka merasa ingin selalu menjaga orang tersebut, padahal hal itu menyebabkan mereka jadi gentayangan. Contoh lainnya adalah seperti LGBT. Bu Brenda, seorang ahli regresi pernah menceritakan kalau masa lampau pasiennya yang LGBT. Ternyata, di kehidupan lampau mereka terlahir sebagai suami istri dan mereka pernah berjanji untuk sehidup semati. Namun, pada kenyataannya mereka tidak selalu terlahir dengan gender yang berlawanan, dan di kehidupan ini mereka terlahir dengan gender yang sama. Tapi karena kemelekatan mereka satu sama lain dan janji mereka berdua yang tidak peduli dengan kondisi mereka saat ini, mengakibatkan mereka tetap memiliki jiwa untuk sehidup semati. Inilah salah satu bahanyanya kemelekatan, yang ternyata tidak harus pada harta saja.

Sekarang ini banyak hal yang mendukung adanya tumimbal kelahiran, seperti adanya hipnotis, dimana dengan hipnotis itu kita bisa melihat saat-saat kita masih kecil, bayi, bahkan sampai kehidupan lampau sebelum kehidupan kita yang kali ini. Banyak tokoh-tokoh yang mendalami bidang ini. Karena dengan kita mengetahui masalah kita pada masa lampau yang mengakibatkan masalah pada kehidupan ini, maka kita dapat memperbaiki masalah tersebut.