Empat Kebenaran Mulia
Dalam khotbah pertama Sang Buddha di Taman Rusa Isipatana yaitu
“Dhammacakkapavattana Sutta” atau “Pemutaran Roda Dharma”, Sang Buddha
menjelaskan salah satu pokok dari ajaranNya yaitu “Cattari Ariyasaccani” atau biasa
disebut dengan “Empat Kebenaran Mulia.” Isi dari “Empat Kebenaran Mulia” ini antara
lain adalah kebenaran mulia tentang dukkha, kebenaran mulia tentang asal dukkha,
kebenaran mulia tentang akhir dukkha, dan kebenaran mulia tentang jalan menuju akhir
dukkha. Jalan menuju akhir dukkha adalah jalan mulia berunsur delapan. Dukkha adalah
penderitaan yang harusnya memang disadari oleh setiap makhluk.
Ego dan kemelekatan kitalah yang selama ini menjadi alasan utama kita menderita.
Hidup ini bersifat anicca (tidak kekal), apa yang kita sayangi dan cintai pasti akan berubah
dan akan berpisah dari kita. Semakin kita melekati apa yang kita sayang maka kita akan
semakin menderita. Contohnya, kita membeli laptop baru yang mahal dan tentu kita akan
menyayanginya. Namun, takberapa lama kemudian laptop itu jatuh dan mengalami
sedikit lecet. Apabila kita sangat melekat pada laptop itu, pasti kita akan menyesal dan
marah kepada diri kita sendiri yang tentu tidak ada gunanya, hanya menimbulkan
keresaha pada diri sendiri.
Dengan menyadari hidup ini adalah dukkha dan bersifat anicca, kita dapat
mengurangi kemelekatan kita terhadap semua yang bersifat duniawi. Apabila kita
berhasil mengurangi atau bahkan menghilangkan kemelekatan itu, tentu hidup kita akan
menjadi damai dan selalu senang. Selain itu, kita juga bisa melepas sehingga beban dalam
hidup kita yang ditimbulkan oleh kemelekatan itu dapat berkurang bahkan hilang. Sang
Buddha telah mengajarkan cara-cara untuk menghilangkan kemelekatan, sekarang
kitalah yang menentukan sendiri apakah kita mau menghilangkan kemelekatan itu.