Perkenalkan nama saya Geby Gaprilia seorang mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, disini saya akan menceritakan sedikit tentang hidup saya. Dan kenapa saya berakhir menjadi seorang Buddist. Agama Buddha sendiri sudah berkembang sejak lama bahkan di Indonesia dulu Agama Buddha bisa terbilang cukup berkembang dan berjaya pada masa kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Tapi untuk sekarang, perlahan Agama Buddha pun mulai tergeser dan tergantikan oleh agama lainnya.
Lantas kenapa saya memilih Agama Buddha? Mungkin banyak dari kalian yang menjawab memilih Agama Buddha sekedar mengikuti orang tua karena orang tua mereka juga Buddist, atau ada yang lebih parahnya lagi mengikuti pacar. Awalnya saya pun juga menjawab seperti ini, bahkan awalnya saya mengalami krisis Agama. Kenapa? Karena sebelum saya mengikuti SBMPTN saya bahkan benar-benar merasa seperti orang yang tidak memiliki iman. Berdoa seadanya, beribadah pun jarang. Agama Buddha hanya sekedar identitas saja namun bukan sebagai rutinitas saya. Di sekolah sendiri saya memilih Agama Buddha, lalu apa yang saya dapatkan? Awalnya saya menyesal kenapa saya mempelajari bahasa sansekerta yang sulitnya membuat kepala saya bahkan rasanya ingin pecah. Namun ketika saya mengikuti dan mempelajarinya, perlahan hal itu membuat saya terbiasa dan merasa tidak terbebani dengan bacaan sansekerta yang ada di Paritta (sebutan untuk kitab suci Agama Buddha) tersebut.
Beranjak kelas 12 membuat hidup saya berantakan, terbebani dengan ujian-ujian yang disertai dengan pilihan untuk masa depan saya. Entah saya harus melanjutkan ke perguruan tinggi atau bekerja jika tidak mendapatkan Perguruan Tinggi Negeri. Dan disinilah perlahan saya merasa bahwa saya tidak bisa hidup seperti ini, dipenuhi beban dan jujur saya merasa down. Tetapi dukungan dari orang tua membuat saya pun mencoba untuk bangkit kembali, jika ditanya awal kamu menjadi Buddist tentu saya akan menjawab karena orang tua saya juga Buddist dan orang tua saya merangkul saya untuk ikut menjadi Buddist, sejujurnya orang tua saya membebaskan saya dalam menganut agama tapi saya memilih menjadi seorang Buddist dan ketika ditanya “apakah kamu menyesal menjadi seorang Buddist?” tentu dengan tegas saya mengatakan “TIDAK SAMA SEKALI” karena dengan menjadi seorang Buddist saya merasa bahwa perlahan saya pun menemukan penerangan dalam hidup saya. Bisa dibilang, saya yang sekarang menjadi seorang mahasiswa dan lolos dalam SBMPTN semua berkat doa dan dukungan orang tua saya. Dan ketika saya berdoa, dan meminta tolong kepada Sang Buddha, saya tahu bahwa jalan saya pun akan lebih terasa lebih ringan. Tentunya saya sangat bangga menjadi seorang Buddist walaupun jika boleh jujur pengetahuan saya tentang Agama Buddha sendiri masih terbilang sangat sedikit. Tetapi saya percaya dengan jalan dan kepercayaan yang saya anuti saat ini.