Ehipassiko, Buddhisme dalam Metode Ilmiah by Febry Gohandy

Ehipassiko adalah penilaian berdasarkan bukti-bukti, bukan ketergantungan pada keyakinan semata, desas-desus maupun spekulasi semata. Hal ini dibabarkan pada Kalama Sutta dalam ajaran Buddha. Hal ini dianggap sejalan dengan metode ilmiah dibandingkan dengan agama tradisional yang berdasarkan keyakinan semata.

Ehipassiko terdapat pada Kalam Sutta; Anguttara Nikaya 3.65 yang berbunyi, Wahai, suku Kalama. Jangan begitu saja mengikuti tradisi lisan, ajaran turun-temurun, kata orang, koleksi kitab suci, penalaran logis, penalaran lewat kesimpulan, perenungan tentang alasan, penerimaan pandangan setelah mempertimbangkannya, pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau karena kalian berpikir, `Petapa itu adalah guru kami. `Tetapi setelah kalian mengetahui sendiri, `Hal-hal ini adalah bermanfaat, hal-hal ini tidak tercela; hal-hal ini dipuji oleh para bijaksana; hal-hal ini, jika dilaksanakan dan dipraktekkan, menuju kesejahteraan dan kebahagiaan`, maka sudah selayaknya kalian menerimanya.” 

Arti yang dimaksudkan dalam Kalama Sutta ini sama seperti Nullius in verba yang sering diterjemahkan sebagai “Jangan dengarkan siapapun (Take nobody’s word for it)” motto dari Royal Society.

 

Sumber: https://indonesianbuddhistsociety.wordpress.com/2012/08/24/buddhisme-dan-metode-ilmiah-ehipassiko/